Natuna pada saat ini mungkin hanyalah pulau kecil yang
letak paling jauh di utara Indonesia yang berbatasan langsung dengan Laut China
Selatan dan semenanjung Malaisya. Namun, dahulu kala, Natuna ternyata menjadi
pelabuhan penting di Asia Tenggara, bak Singapura pada masa kini.
Nanik Harkatiningsih, peneliti Pusat Arkeologi Nasional mengatakan
bahwa "Natuna menjadi
semacam pelabuhan transit perdagangan pada saat itu dan selain itu fungsi Natuna sebagai pelabuhan transit bisa
diketahui dari sejumlah artefak maritim yang ditemukan di perairan sekitar
wilayah tersebut.”
Bersama tim arkeolog Arkenas ia meneliti kapal-kapal karam di perairan sekitar
Natuna. Dia menemukan keramik-keramik dan jejak perdagangan rempah-rempah. Keramik yang ditemukan berasal dari Tiongkok,
Indonesia, dan Jepang. Keramik yang ditemukan menjadi bukti aktivitas
perdagangan saat itu.
Para pedagang singgah di Natuna tidak hanya untuk beristirahat,
tetapi juga mencari komoditas rempah penting andalan wilayah itu.
Pada saat itu, Natuna terkenal dengan pala dan gaharu. Gaharu menjadi
komoditas andalan Natuna pada saat itu.
Temuan kapal karam dan keramik di Natuna sekaligus menunjukkan
bahwa Indonesia sudah punya peran penting dalam perdagangan global sejak abad
ke-8.
Pada abad ke-13, kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara
terang-terangan menyebut diri sebagai bagian dari kesatuan "Tanah di Bawah
Angin".
Jalur perdagangan saat itu bukan hanya jalur sutra, melainkan
juga jalur rempah. Jalur itu menghubungkan wilayah dunia lain ke Nusantara.
(sumber:Kompas.com)
No comments:
Post a Comment